Stunting Harus Menjadi Target Penyelesaian Bagi Pengembangan SDM Indonesia

Selasa, 17 Januari 2023

BOGOR, beritaterkiniriau.com - Presiden Jokowi mengatakan bahwa Indonesia memiliki bonus demografi dan puncaknya nanti berada pada tahun 2030-2035 mendatang. 

Oleh karena itu, menurutnya ini perlu dipersiapan dengan menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas sehingga memiliki produktivitas yang tinggi. 

"Kalau SDM kita tidak berada pada posisi yang kecerdasan nya baik, sehingga memiliki produktivitas yang tidak baik, hati-hati. Bukan keuntungan yang akan kita dapat, tetapi akan memberikan beban yang besar kepada negara, " katanya, dalam Rakornas kepala daerah dan Forkopimda se Indonesia 2023, Selasa (17/1/23). 

Jokowi menyebutkan, salah satu penyebab kecerdasan anak tidak baik adalah terkena stunting. Sehingga menurutnya, stunting harus menjadi target penyelesaian bagi pengembangan Sumber Daya Manusia Indonesia. 

Presiden menjelaskan, pada tahun 2014 lalu Indonesia masih berada pada angka 37 persen stuntingnya. Kemudian tahun 2021 sudah berada di angka 24 persen.

"Saya kira di 2022 ini berada di angka 21 persen (stunting) kira-kira, sudah turun memang drastis. Tetapi target kita di tahun 2024 harus berada di bawah 14 persen, " sebut dia. 

Jokowi mengungkapkan, bukan hal yang mudah dalam menurunkan kasus stunting. Tapi kalau dilakukan dengan kerja keras seperti saat bekerja mengatasi pandemi, maka ia meyakini stunting bukan persoalan yang susah diselesaikan karena datanya sudah ada. 

Ia menyebutkan, 23 persen penyumbang stunting itu adalah masalah bayi yang belum lahir. Artinya masih dalam kandungan itu kontribusinya 23 persen dan menurutnya itu besar sekali. 

Sehingga menurutnya, perlu diingatkan kepada kepala daerah, agar dinas, BKKBN, bisa mengingatkan terus mengenai pentingnya gizi bagi ibu hamil dicek, apakah anemia atau tidak, dicek dengan benar karena kuncinya ada di situ. 

"Setelah lahir, usia 23 bulan atau 2 tahun, ini 37 persen penyumbang stunting itu setelah lahir, ini lebih sulit penyelesaiannya, " ucapnya. 

Presiden menyampaikan, pada saat masa kritis, intervensi yang bisa dilakukan adalah jangan diberikan makanan yang namanya ultra proses, biskuit, bubur instan kepada bayi. Sebutnya, ini perlu diwaspadai dan itu sangat keliru. 

Jokowi menambahkan tindakan yang baik itu adalah dengan memberikan yang namanya protein hewani yang tinggi zat besinya, bisa itu hati ayam, telor, beri nasi dan lainnya. 

"Ini kita harus ngerti, kalau gak ngerti bagaimana bisa mengintervensi. Sekali lagi, makanan alami itu akan semakin baik, " ucapnya. 

Jokowi juga meminta Pemda untuk mengingatkan Puskesmas maupun Posyandu agar aktif membantu calon ibu dan ibu yang memiliki balita. 

Mengingatkan mengenai anemia untuk dicek, mengingatkan mengenai ASI eksklusif selama 6 bulan dan yang paling penting juga untuk memonitor yang ada di lapangan 

"Karena setiap ibu itu harus intervensi dengan cara-cara yang berbeda, yang namanya teknologi itu penting. Platform aplikasi itu sangat penting untuk memonitor mereka pada kondisi seperti apa," ucapnya.