BANTAN, beritaterkiniriau.com - Keberadaan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) mampu menumbuhkan kesadaran serta memotivasi masyarakat Desa Teluk Pambang dan sekitar akan pentingnya restorasi mangrove untuk keberlangsungan hidup antara manusia dengan alam.
Demikian hal itu disampaikan Ketua Kelompok Belukap sekaligus Kepala Seksi Humas dan Resolusi Konflik LPHD Desa Teluk Pambang, Samsul Bahri, 10 Juli 2024 di kebun mangrove belakang rumahnya.
"Alhamdulillah sejak keberadaan YKAN melalui program MERA sangat berdampak positif. Tidak hanya terkait lingkungan, tetapi juga perekonomian masyarakat ikut terdampak. Kami ingin YKAN terus membina serta memberikan ilmu pengetahuan tentang tata kelola mangrove yang efektif," ungkapnya.
Lebih lanjut, Samsul mengakui melalui program MERA ini juga mampu menumbuhkan kesadaran seluruh masyarakat yang berada di pulau-pulau pesisir lebih peduli terhadap lingkungan hutan mangrove.
"Saat ini masyarakat Desa Teluk Pambang mulai sadar, mengenal, dan mengerti pentingnya hutan mangrove untuk kehidupan. Karena banyak manfaat yang bisa dilakukan dari tanaman mangrove ini, baik itu ekonomi maupun terhadap lingkungan," jelasnya.
Samsul Bahri bersama Kelompok Belukap telah memiliki kiprah mengelola kawasan mangrove seluas 40 ha di Desa Teluk Pambang. Berbagai tantangan telah ia hadapi, salah satunya menentang usaha panglong arang dan penebangan liar di desanya.
"Alhamdulillah berkat keyakinan serta kerja keras, akhirnya tanaman mangrove kami tetap terjaga dengan baik, dan sekarang umur mangrove tersebut sudah mencapai 20 tahun. Berbagai manfaat yang dapat kami hasilkan dari hutan mangrove ini, seperti kepiting, udang, lokan, dan sejenisnya makanan laut lainnya. Kawasan ini juga berpotensi dijadikan sebagai tempat penelitian dan objek wisata," ucap Samsul.
Ia juga menjelaskan, sekarang sudah ada 10 kelompok mangrove. Satu kelompok beranggotakan 20 orang, yang akan bertanggung jawab untuk menanam, membibit, merawat, dan melindungi.
Kepada pemerintah daerah, Samsul berharap supaya terus mendukung serta membantu pengembangan program restorasi mangrove yang ada di Desa Teluk Pambang.
"Kami mohon kepada pemerintah daerah, provinsi, dan pusat supaya bisa membantu kami untuk meningkatkan lebih luas lagi budidaya dan restorasi mangrove di daerah ini. Supaya tanaman mangrove bisa mengurangi lajunya abrasi di pulau Bengkalis," pungkas Samsul.
Sementara itu peneliti mangrove YKAN, Topik Hidayat, mengatakan bahwa kegiatan restorasi sangat memerlukan keterlibatan dan peran aktif masyarakat sekitar. Dalam dunia restorasi mangrove, istilah ini disebut sebagai Community-Based Ecological Mangrove Restoration (CBEMR).
Melalui konsep ini, masyarakat ditempatkan sebagai subjek. Mereka dilibatkan sejak awal program, mulai dari identifikasi permasalahan, merumuskan solusi, serta diberikan kesempatan untuk memimpin kegiatan dan mengambil keputusan. Skema ini juga mengembangkan kapasitas masyarakat lokal untuk belajar bagaimana memperbaiki, merawat, dan mengelola hutan mangrove di sekitarnya secara berkelanjutan.
"Salah satu contoh implementasi CBEMR yang dilakukan YKAN ada di Desa Teluk Pambang, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Desa Teluk Pambang adalah satu kawasan mangrove terluas di Pulau Bengkalis dengan luas hutan mangrove 951 hektare," jelas Topik.
Lanjut Topik, tidak hanya intervensi fisik saja, YKAN turut membantu izin pengelolaan kawasan hutan mangrove di Desa Teluk Pambang. Sebelumnya, hutan mangrove di desa tersebut statusnya adalah Hutan Produksi Terbatas (HPT) yang saat ini rentan akan eksploitasi dan alih fungsi lahan.
"Untuk mengamankannya, YKAN mendampingi Pemerintah Desa Teluk Pambang untuk menjadikan hutan mangrove tersebut sebagai area kelola di bawah LPHD (Lembaga Pengelola Hutan Desa). Kawasan seluas 1.000 ha yang didominasi mangrove diajukan untuk memperoleh izin Perhutanan Sosial dengan skema Hutan Desa. Melalui skema Hutan Desa, LPHD Desa Teluk Pambang mengajukan zona lindung (800 ha) dan pemanfaatan (200 ha)," ungkapnya.
Tambahnya lagi, peran aktif kelompok-kelompok mangrove desa dalam kegiatan restorasi telah membuat suatu perbedaan yang berarti. Menjaga mangrove di Desa Teluk Pambang kini tidak hanya urusan satu atau dua orang saja, melainkan menjadi tanggung jawab bersama 10 kelompok mangrove desa yang beranggotakan lebih kurang 100 orang. #DISKOMINFOTIK.